GRUDO.NGAWIKAB.ID – Dalam Rangka peningkatan mutu dan kwalitas perpustakaan desa, Pemerintah Desa Grudo mengirim perwakilannya untuk memenuhi undangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam Sosialisasi Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Kegiatan tersebut di selenggarakan di Hotel Redtop Jakarta tanggal 26-28 Maret 2019 dengan lebih dari 400 undangan.
Kepala Desa Grudo Triono ST sangat mengapresiasi kegitan yang berupaya dalam meningkatkan kecerdasan masyarakat melalui perpustakaan tersebut. “ Dengan adanya kegitan Sosialisasi Tranformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial kali ini, kita sangat terbantu dalam pengembangan perpustakaan. Bukan hanya sebatas mekanisme penanaman minat baca ke masyarakat saja, namun juga sebagai pengembangan kegiatan yang bersifat solusitif dari persoalan sosial.”
Kepala Perpustakaan Desa Grudo
Dari undangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesi tersebut Desa Grudo
mengirim Kepala Kerpustakaan Desa. “Untuk perwakilan ke Jakarta dalam program
tersebut, desa menetapkan Kepala Perpustakaan desa. Selain terkait dengan
bidangnya, yang bersangkutan juga memiliki pemahaman tentang literasi.” Lanjut
Kades yang biasa disapa Herkules itu.
Hariyono Suyono, narasumber
Sementara Kepala Perpustakaan Desa Grudo “ Garuda Makmur “ memberikan pandangan positif dari ditunjuknya sebagai wakil. “ Perpusdes memang tidak banyak menjadi rujukan ilmu saat ini. Namun dengan terobosan yang di lakukan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan tranformasinya membuat banyak harapan baru. Dari yang awalnya hanya menyediakan bacaan yang masih terbatas, sekarang dengan e-perpustakaan mampu menghadirkan bubu – buku dalam genggaman.” Terang Arys purwadi.
Seperti kita ketahuai bahwa perpustakaan desa Grudo mendapat apresiasi dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Ngawi sebagai salah satu dari enam pepustakaan terbaik di antara 2013 desa. Dari apresiasi tersebut menetapkan enam desa menjadi wakil untuk mewakili pada kegiatan Perpustakaan Nasional republik Indonesia di Jakarta. ( REPDO )
GRUDO.NGAWIKAB.ID – Dari rangkaian kegiatan yang diakukan Perpustakaan Nasional adalah memberikan pemahaman terkait informasi umum melalui bacaan dalam perpustakaan baik menggunakan buku maupun secara elektronik.
Salah satu yang menjadi agenda Tahun 2019 Perpustakan Nasional adalah menyelenggarakan Sosialisasi Tranformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi. Acara yang di laksanakan di Hotel Redtop Pecenongan , Jakarta Pusat tanggal 26-28 Maret 2019 tersebut di hadiri lebih dari 400 undangan. Dari yang hadir pada acara tersebut adalah Pengurus pusat Perpustakaan Nasional, Kepala Perpustakaan Propinsi, Nara Sumber, Kepala Dinas , Kepala Desa, dan Kepala Perpustakaan Desa.
Peserta Dari Desa
Acara yang di mulai pukul 08.00 WIB tersebut dibuka dengan Lagu Indonesia raya yang kemudian dilanjutkan dengan Mars Perpustakaan. Dalam memberikan sambutan, panitia juga menyuguhka Tarian selamat datang yang mendapat aplous dari peserta.
Dalam sambutanya Kepala Perpustakaan Nasional yang diwakili kepala Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Ovy Sofiana mengatakan bahwa fungsi dari perpustakan semakin luas sesuai dengan perkembangan jaman. “ Perpustakaan sebagai taman pendidikan harus menyesuaikan dengan keadaan jaman. Perpustakaan hadir dengan konsep yang baru dengan mengusung terhadap progran pemberdayaan.”
Kadin Perpustakaan Kab. Ngawi Slamet Purwono
Sementara Kabupaten Ngawi, Jawa Timur melalui Kepala dinas Kabupaten Ngawi sangat mengapresiasi terhadap kegiatan . “ Pemerintah Kabupaten Ngawi sangat mengapresiasi Perpustakan Nasional dengan program Sosialisasi Tranformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Ini sebuah terobosan baru yang kita harapkan dapat menjadi solusi dalam penurunan tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan memberikan pemahaman tentang perpustakaan sebagai sarana solusi untuk persoalan sosial.” Terang Slamet Purwono
Dari Pemerintah Kabupaten Ngawi sendiri juga menyertakan desa yang berprestasi dalam pengelolaaan Perpustakaan desa. Dari hasil penilaian menetapkan 6 desa yang menjadi wakil dalam kegiatan Sosialisasi Tranformasi yang di selenggarakan di Jakarta. Desa tersebut adalah Desa Grudo, Watulang, Kedungprahu, Jambangan, Ngawi Purba dan Karanggupito. Dari masing – masing desa mewakilkan 1 orang peserta . ( REPDO )
GRUDO.NGAWIKB.ID – Penjahit adalah salah satu profesi yang tertu tidak
semua orang mampu menjalani. Hal itu bukan tanpa alasan, Banyak yang harus
difahami dari profesi yang sudah jelas membutuhkan kesabaran, ketelitian dan
ketekunan itu. Dan sudah barang tentu seorang penjahit juga harus menguasai
tahapan yang membutuhkan pemikiran. Dari pemilihan kain, pengukuran, pemotongan
sampai penjahitan merupakan rangkaian
proses yang memakan waktu dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Namun dari tingginya tingkat kesulitan yang harus di lalui bukan berarti
tidak ada yang berminat terhadap profesi itu. Dari persoalan perlunya keahlian
khusus itu, justru banyak yang berasumsi untuk di jadikan sebagai profesi
dengan alasan tidak banyak persaingan.
Gunaryo denga Rizki Tailornya
Pemahaman semacam juga berlaku di Desa Grudo, Kecamatan Ngawi, Kabupaten
Ngawi. Dari belasan yang berprofesi sebagai penjahit tersebar merata di 6
dusun. Dari rata – rata penjahit tersebut sebagai penjual jasa untuk pembuatan
pakaian baik busana pria maupun wanita dengan kriteria anak – anak juga dewasa.
Seperti halnya yang dilakukan Nunuk Suryo yatini yang tinggal di Dusun Ngronggi Rt 03 RW 02 Desa Grudo. Perempuan yang sudah tergolong senior dalam menekuni dunia jasa perjaitan pakaian itu merasa nyaman dengan keseharianya. Saya njahit mulai tahun 1976. Waktu itu alatnya memang sangat sederhana. Memiliki mesin jahit engkol saja sudah bagus. Tapi sekarang sudah serba listrik. Tapi saya masih percaya dengan mesin jahit kecil. Rasanya nyaman karena inikan yang menemani saya puluhan tahun.”
Gunaryo pemilik Rizki Tailor yang juga masuk kategori penjahit senior mengatakan bahwa punya pendapat lain tenang sarana penunjang dalam bekerja. “ saya sudah lumayan lama menggunakan mesin jahir besar. Selain lebih cepat, juga lebih kuat dalam proses penjahitan kain yang tebal. Kalo sarana yang dibutuhkan serba tersedia, tentu akan mempermudah proses pengerjaan dan meringankan beban kita.”
Dari data yang behasil di himpun di lapangan, mereka yang berprofesi sebagai penjahit di Desa Grudo belum banyak yang mengembangkan usahanya. Sebagian besar masih mengndalkan untuk menjual jasa penjaitan. ‘’ Dari usaha jasa penjaitan memang belum mampu menutupi segala keperluan keluarga. Namun lebih dari cukup untuk menutupi keperluan dapur. Sedang untuk menutupi kebutuan yang lain saya berjualan barang keperluan sehari – hari.” Terang Puji fitri pemilik Tasyayu Tailor ( REPDO )