GRUDO.NGAWIKAB.ID –
Belasan ibu – ibu memadati ruang pelayanan Kantor Desa Grudo juam’at (29/11)
pagi. Kedatangan mereka bukan untuk demo maupun menuntut sesuatu, namun untuk
keoperluan pengurusan administrasi.
Sekretaris Desa Grudo
yang juga turut turun tangan dalam pelayanan mengatakan bila mereka datang
untuk keperluan administrasi kependudukan, surat keterangan maupun konsultasi
soal tanah. “Nggak seperti biasa, hari ini kok banyak ibu – ibu yang datang.” Terang
Sekdes Grudo Edy Ranto S.Sos.
Namun bagi Pemerintah
Desa Grudo, peristiwa tersebut merupakan
hal biasa. Pada hari kerja Desa Grudo memang selalu ramai dengan aktifitas
pelayanan. “Setiap hari memang ramai pelayanan. Cuma kali ini terlihat kompak.
Yang datang belasan ibu – ibu berbarengan.” Lanjut Edy
Dalam pelaksanaan
pelayanan, Pemerintah Desa Grudo memang tidak terpaku pada bidang tugas.
Perangkat administrator juga turut membantu dalam menjamin kepuasan masyarakat.
“yang terpenting adalah masyarakat terlayani dengan baik. Jadi ketika perangkat
bersangkutan tidak ada di tempat, perangkat lain bisa melayani.”
Sementara masyarakat
sendiri juga merasakan peningkatan pelayanan yang dilakukan Pemerintah Desa
Grudo. “Memang sekarang lebih cepat dalam pelayanan. Sebelum adanya perangkat
baru cukup lama, sampai pak Kades juga ikut membantu.” Terang warga pencari
Surat Ketengan Catatan Kepolisian.
Tahun 2019 Pemerintah
Desa Grudo menargetkan peningkatan dalam pelayanan. Hal itu didasarkan pada
terisinya kekosongan perangkat oleh personil yang dianggap sangat mumpuni dalam
bidang ITE dan administrasi. Bahkan untuk menunjang kinerja, sarana pendukung seperti
computer dan printer juga di tambah.
CAKRANEWS.NET, Ngawi – Upacara
Peringatan Hari Guru dan Hari Jadi PGRI Ke 74 dilaksanakan Senin (25/11) di
Alun Alun Merdeka Ngawi.
Dalam sambutannya Bupati Ngawi menyampaikan pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada peringatan hari guru yang telah viral sebelumnya di media sosial.
Bapak dan Ibu Guru yang saya
hormati, Biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan
retorik. Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya
ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di
Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Guru Indonesia yang
Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit. Anda
ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan
dibandingkan dengan pertolongan.
Anda ingin membantu murid
yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untuk
mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas. Anda tahu betul bahwa
potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar
angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.
Anda ingin mengajak murid
keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu
padat menutup pintu petualangan. Anda frustrasi karena Anda tahu bahwa di dunia
nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak,
bukan kemampuan menghafal.
Anda tahu bahwa setiap anak
memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagamaan
sebagai prinsip dasar birokrasi. Anda ingin setiap murid terinspirasi, tetapi anda
tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.
Saya tidak akan membuat
janji-janji kosong kepada Anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh
dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk
kemerdekaan belajar di Indonesia.
Namun, perubahan tidak dapat dimulai dari
atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan
menunggu perintah. Ambillah langkah pertama.
Besok, di mana pun Anda
berada, lakukan perubahan kecil di kelas Anda. Ajaklah kelas berdiskusi, bukan
hanya mendengar. Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas.
Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas.
Temukan suatu bakat dalam
diri murid yang kurang percaya diri. Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang
mengalami kesulitan. Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya
secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak.
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nadiem Anwar Makarim
Pidato tersebut banyak mendapat tanggapan positif dari peserta yang hadir.
Mereka setuju dengan pandangan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
GRUDO.NGAWIKAB.ID – Madrasah Ibtidaiyah Negeri 6 Ngawi atau dikenal MIN Ngronggi kembali mendapat anugerah berupa pengakuan dari Pemerintah Kabupaten Ngawi sebagai Sekolah Adiwiyata pada 4 November 2019. Sedang untuk penyerahan dilakukan pada Senin (25/11) saat peringatan hari guru di Alun Alun Merdeka Kabupaten Ngawi.
Ucapan Selamat Dari Bupati Ngawi
Adiwiyata adalah upaya
membangun program atau wadah yang baik dan ideal untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia
menuju terciptanya kesejahteraan hidup untuk Cita-cita pembangunan
berkelanjutan.
Adiwiyata merupakan
nama program pendidikan lingkungan hidup yang berkaitan dengan keseimbangan
manusia dengan lingkungan. Sekolah Adiwiyata dapat di artikan sebagai
sistem yang di bangun untuk mewujudkan keseimbangan, keserasian maupun
kenyamanan di lingkungan sekolah.
Kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri 6 Ngawi mengatakan bila penghargaan Sekolah Adiwiyata bukan merupakan target, namun itu lebih merupakan kewajiban tiap sekolah untuk menciptakan sinergitas dalam lingkungan belajar mengajar.
Piagam Adiwiyata
“Setiap sekolah wajib menciptakan suasana nyaman, aman dan sehat di lingkungan. Jadi tanpa adanya piagam maupun penghargaan lainnya, Sekolah wajib menghadirkan suasana yang mampu memberi ketenangan, kebahagiaan serta kenyamanan dalam proses belajar mengajar.” Terang Lailatul Nafiah, M. Pd I Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 6 Ngawi.
Prestasi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 6 Ngawi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Itu dapat dilihat dari kualitas maupun kuantitas yang di capai. Secara kualitas dapat dilihat dari berbagai piagam maupun tropy yang mampu dihadirkan setiap tahunnya. Juga sarana gedung yang terus mengalami penambahan serta perbaikan sehingga tercipta kenyamanan dalam proses belajar.
Sedang secara kuantitas dapat dilihat dari jumlah siswa yang jauh melebihi sekolah lain di level yang sama. Jumlah siswa tidak hanya mampu bersaing di tingkat kecamatan saja, namun sudah mengarah ke tingkat yang lebih tinggi yaitu level kabupaten.
GRUDO.NGAWIKAB.ID – Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Ngawi mengadakan pelatihan Makrame. Beda seperti biasanya, kali ini peserta dari kaum disable yang tergabung dalam kelompok Paguyupan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI).
Bertempat di Jalan
Ngawi-Caruban KM 04 Dusun Karangasri, Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi
Kabupaten Ngawi, pelatihan diikuti sekitar 40 peserta. Mereka datang dari berbagai
wilayah yang ada di Kabupaten Ngawi.
Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Ngawi melalui Kepala Bidang Ketenaga Kerjaan mengatakan bila pelatihan ini atas permintaan dari PPDI. “Ini karena permintaan mereka. Akhirnya saya suruh mengumpulkan sebanyak 30 orang.” Terang Wiwin sumarni
Lebih lanjut Wiwin mengharap
pelatihan kali ini dapat menambah kemampun peserta dalam tehnik olah seni
Makrame. “ Kita berharap mereka dapat pembekalan baru yang bermanfaat pada
peningkatan ekonomi.”
Sementara Ketua PPDI Ngawi mengucapkan terima kasih pada Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Ngawi. Hal itu terkait dengan realisasi atas usulan pelatihan khusus untuk disabilitas. Ia juga mengharap bila setiap tahun diadakan kegiatan yang bersifat pelatihan untuk kaum disabilitas.
“Saya mewakili teman – teman PPDI mengucapkan terima kasih pada Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Ngawi atas diadakannya pelatihan ini. Dan harapanya ada kegiatan – kegiatan pelatihan untuk tahun – tahun berikutnya.” Terang Adiono.
Makrame sendiri adalah seni menyatukan simpul yang
terdiri atas satu, dua, tiga, bahkan lebih tali atau benang untuk membuat
sebuah karya tangan. Karya – karya itu bisa berupa tas, gelang, pakaian maupun asesoris.
GRUDO.NGAWIKAB.ID – Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan pengetahuan sebagai bekal dalam kehidupan sehari – hari. Itu disadari sepenuhnya Pemerintah Desa Grudo dengan menempatkan pendidikan sebagai program prioritas setiap tahunnya.
“Pelayanan dasar untuk
pendidikan bagian dari perintah Undang – Undang. Itu kita pahami sebuah
keharusan dengan mencerdaskan warga Desa Grudo tanpa ada pengecualian.” Terang Kades Grudo Triono
ST
Pemahaman petingnya
pendidikan juga di pahami masyarakat Desa Grudo. Mereka sadari dengan memulai
dari lingkungan keluarga. Bagi keluarga yang memiliki anak usia dini sudah
berperan aktif dalam mendorong tumbuhnya kecintaan pada ilmu.
Triono ST
“Desa Grudo memiliki fasilitas lengkap untuk jenjang pendidikan untuk memenuhi program pemerintah. Ada PAUD, TK, RA, SD, MI, SMP, SLTA sederajad, Bahkan Universitas. Ini perlu kita pahami sebagai potensi besar sekaligus modal dalam membangun desa.” Lanjur Triono ST.
Dari sekian banyak
pendidikan di Desa Grudo, sebagian tumbuh menjadi barometer. Seperti Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Ngronggi dan Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu. Keduanya
tumbuh pesat di tengah masyarakat yang sangat membutuhkan pengetahuan tentang
ajaran – ajaran Islam.
“Dua sekolah menjadi barometer di wilayah Kecamatan Ngawi. Keduanya tidak hanya menanamkan ilmu untuk kebutuhan dunia saja, bahkan didalamnya ada pelajaran untuk akhirat. Inilah yang kami maksud keseimbangan porsi pendidikan.” Imbuh pria yang akrab disapa Herkules itu.
Sementara Sekdes Grudo
mengapresiasi kerja keras warga dalam peran kemajuan pendidikan. Dikatakan bila
mengelola pendidikan bukan perkara mudah dan perlu campur tangan dari banyak
pihak. Itupun masih diperlukan dana besar guna pemenuhan sarana dan prasarana
penunjang.
Edy Ranto
“kita sadari sepenuhnya
dunia pendidikan dengan persoalan yang sangat komplek. Namun dibalik persoalan pasti
ada solusi. Salah satu solusi adalah pelibatan masyarakat. Dan itu sudah
dilakukan Kader Jelita dalam peran pengelolaan PAUD khusus.” Terang Edy Ranto
S. Sos.
Dari program keberpihakan desa pada pendidikan inilah Grudo menjunjung tinggi kata “Pendidikan tidak mengenal diskriminasi”. Sebuah program pendidikan mendasar pada hak seseorang untuk mendapat ilmu dengan fasilitas dari pemerintah. Dan sebuah program pendidikan yang tidak pernah mempersoalkan suku, ras, agama, kondisi fisik dan status sosial.
“Apresiasi tinggi untuk
keberadaan Yayasan Beranda Istimewa yang lahir dan hadir untuk pendidikan
inklusi. Bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus, bisa mendapatkan haknya.”
Lanjut pria yang pernah bekerja pada instansi pendidikan itu.